
Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) mengadakan audiensi dengan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin (PDS H.B. Jassin) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada Rabu (5/2/2025). Pertemuan ini diterima langsung oleh Diki Lukman Hakim, S.Sos., M.Hum., selaku Kepala Unit Pengelola Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin.
Rombongan HISKI yang hadir dalam audiensi ini terdiri atas Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (Ketua Umum HISKI), Dr. Yeni Artanti, M.Hum. (Sekretaris Jenderal), Dr. Venus Khasanah, M.Pd. (Bendahara), Dr. Besse Darmawati, M.Pd. (HISKI BRIN), Sudartomo Macaryus, M.Hum. (HISKI UST-UTY), Syaiful Bahri Lubis, M.A. (HISKI Badan Bahasa), dan M. Natsir Amir, M.Pd. (HISKI UNJ).
HISKI dan PDS H.B. Jassin : Menjaga Warisan Sastra Indonesia
Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum., mengapresiasi langkah PDS H.B. Jassin yang terus berupaya menjadi pusat dokumentasi sastra Indonesia. Dalam audiensi ini, HISKI bermaksud menjalin kemitraan dengan PDS H.B. Jassin guna memperkuat peran sastra dalam masyarakat serta memanfaatkan dokumentasi yang tersedia sebagai sumber data riset bagi akademisi, utamanya para anggota HISKI.
“Kedatangan kami adalah untuk bersilaturahmi dan mengenal lebih dekat PDS H.B. Jassin sebagai mitra yang memiliki minat serta fokus yang sama dalam bidang kesusastraan,” ujar Novi.
H.B. Jassin dikenal sebagai tokoh sastra yang dengan penuh dedikasi mengumpulkan, merawat, dan mendokumentasikan berbagai karya sastra Indonesia. Kesetiaannya dalam mendukung para sastrawan, akademisi, dan pecinta sastra tercermin dalam koleksi yang ia himpun selama bertahun-tahun.
Menurut Novi, HISKI terus berkomitmen untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra, yang pada akhirnya diharapkan dapat menginspirasi perubahan sosial dan meningkatkan kualitas hidup manusia.
“Dokumentasi yang tersimpan di PDS H.B. Jassin sangat berharga dan layak menjadi sumber penelitian bagi anggota HISKI yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Sebaliknya, anggota HISKI juga dapat turut memperkaya koleksi dengan mengirimkan satu atau dua eksemplar karya yang mereka hasilkan,” tambahnya.

Perjalanan Panjang PDS H.B. Jassin
Minat H.B. Jassin terhadap dokumentasi sastra sudah terlihat sejak usia 16 tahun, saat ia mulai mengumpulkan koleksi pribadi. Kecintaannya terhadap dokumentasi diwariskan oleh sang ayah yang juga memiliki perpustakaan pribadi dan tekun dalam merawat arsip literasi.
Pada 7 Mei 1977, koleksi dokumentasi sastra H.B. Jassin resmi diserahkan kepada Kepala Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dan pada 30 Mei 1977, Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, meresmikan Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin sebagai lembaga dokumentasi sastra nasional.
Lebih dari empat dekade kemudian, pada 7 Juli 2022, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, meresmikan penempatan PDS H.B. Jassin di Lantai 4, Gedung Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki. Transformasi berlanjut pada 2023, ketika PDS H.B. Jassin dan Perpustakaan Jakarta bergabung menjadi Unit Pengelola (UP) Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin.
“Hari ini, perpustakaan kami ramai dikunjungi masyarakat, dengan rata-rata pengunjung mencapai 1.000 orang per hari,” ungkap Diki Lukman Hakim.
Menurutnya, komunitas sastra dan para peneliti juga semakin aktif memanfaatkan koleksi serta fasilitas yang tersedia.
PDS H.B. Jassin sebagai Pusat Sastra Nasional
PDS H.B. Jassin kini tengah berupaya mengembalikan semangat H.B. Jassin dalam melayani kebutuhan masyarakat, sekaligus memperkuat perannya sebagai pusat dokumentasi sastra Indonesia. Langkah tersebut dilakukan melalui berbagai program berikut.
- Penyediaan fasilitas yang nyaman untuk pengunjung.
- Penyelenggaraan workshop dan ekspo produk sastra.
- Akuisisi, perawatan, serta digitalisasi koleksi buku dan manuskrip.
- Bedah buku dan diskusi literasi.
Seluruh kegiatan ini melibatkan anak muda, dengan harapan mereka semakin akrab dengan buku dan karya sastra.
HISKI, yang memiliki jaringan Komisariat dari Aceh hingga Papua, siap menjalin kerja sama lebih lanjut dengan UP Perpustakaan Jakarta dan PDS H.B. Jassin. Dengan sinergi ini, dokumentasi dan apresiasi sastra di Indonesia dapat diperkuat dan dikembangkan (Az).
