Berita HISKI − Menggelar kegiatan “Tukar Tutur Sastra”, Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) menghadirkan tiga narasumber dari Jakarta, Sulawesi, dan Yogyakarta. Kegiatan digelar secara daring melalui zoom meeting dan kanal youtube oficial HISKI dan Tribun Network (Sabtu, 18 Januari 2025).

Dalam sambutan pembuka, Dr. Yeni Artanti, M.Hum., sebagai sekjen HISKI menyampaikan, “Sastra adalah denyut kehidupan bangsa.” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa sastra merupakan warisan budaya dan sarana penting dalam membangun karakter bangsa. Pesan tersebut menjadi inti dalam diskusi yang berlangsung hangat dan antusias.
Yeni juga menyampaikan pesan Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum, yang menekankan pentingnya menjaga semangat berkarya demi kemajuan bangsa. Salah satu momen berkesan dalam Tukar Tutur Sastra ke-13 dengan narasumber Dr. Yosi Wulandari, M.Pd. (HISKI UAD), Dr. Agustan, M.Pd. (HISKI Sulawesi Tengah), dan Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum. (HISKI UIN Jakarta).
Paparan Para Narasumber
Agustan, Ketua HISKI Komisariat Sulawesi Tengah menyampaikan judul “Pewarisan Sastra Lokal melalui Alih Wahana Permainan Tradisional Anak Kaili ke Dalam Seni Pertunjukan”. Ia memaparkan inovasi pewarisan sastra lokal dengan mengadaptasi permainan tradisional anak Kaili menjadi seni pertunjukan.
Tradisi lisan dan permainan tradisional berperan penting dalam membentuk identitas budaya. Agustan menekankan bahwa pelestarian tradisi membutuhkan adaptasi yang sesuai dengan zaman, indah, menghibur, dan mengedukasi dengan melibatkan komunitas lokal, pemerintah, institusi pendidikan, dan lembaga terkait lainnya.
Yosi Wulandari, menyampaikan paparan berjudul “Membongkar Mitos Merantau: Perspektif Kritis dalam Karya-karya Gus tf Sakai” khususnya ihwal mitos merantau.
“Gus TF Sakai berhasil menggambarkan negosiasi budaya melalui permainan bahasa yang tajam dan kaya,” jelas Yosi.
Tema merantau dihadirkan dengan berbagai lapisan makna yang dinamis dan mencerminkan sistem sosial yang terus berubah. Karya-karya Gus TF Sakai merupakan cerita, dan arena eksplorasi makna yang mendalam, menjadikan teks sastra sebagai refleksi identitas budaya yang terus berkembang.

Narasumber ketiga, Dr. Ahmad Bahtiar, M.Hum., memaparkan materi berjudul “Berhaji dalam Sastra Indonesia.” Ia menggambarkan perjalanan haji sebagai ritual spiritual, dan simbol relasi antara manusia, Tuhan, dan budaya.
“Haji adalah perjalanan yang menghubungkan dimensi spiritual dan budaya,” ujarnya.
Dalam karya sastra, perjalanan haji digambarkan sebagai transformasi emosional dan spiritual. Karakter yang pelaku mengalami pergolakan batin hingga mencapai pencerahan. Bahtiar menyoroti bagaimana tema haji mampu menjadi jembatan antara tradisi lokal dan spiritualitas universal dan menyampaikan bahwa sastra memiliki kekuatan untuk menggambarkan kedalaman pengalaman manusia.
Acara Tukar Tutur Sastra dimoderatori Dr. Indah Imawati, M.Pd. yang berhasil dalam menjaga dinamika diskusi tetap menarik dengan pertanyaan yang tajam dan suasana hangat. Ia mengakhiri acara dengan memberikan apresiasi kepada semua pihak yang berkontribusi.
Tukar Tutur Sastra merupakan forum diskusi dan wadah kolaborasi kreatif yang memperkuat akar budaya Indonesia. Melalui acara ini, HISKI membuktikan komitmennya menjaga keberlanjutan tradisi literasi sebagai identitas bangsa,” pungkasnya.