Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) sukses menggelar lokakarya bertajuk “Penulisan Kreatif & Apresiasi Sastra Berbasis Kelokalan” di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Flores. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Fasilitasi dan Apresiasi bagi Komunitas Sastra 2025 yang didukung oleh Badan Bahasa.
Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.00 WITA dengan partisipasi antusias dari akademisi, guru, mahasiswa, serta berbagai komunitas literasi dari berbagai wilayah.
Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) sukses menggelar lokakarya bertajuk “Penulisan Kreatif & Apresiasi Sastra Berbasis Kelokalan” di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Flores. Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Fasilitasi dan Apresiasi bagi Komunitas Sastra 2025 yang didukung oleh Badan Bahasa.
Acara berlangsung dari pukul 09.00 hingga 16.00 WITA dengan partisipasi antusias dari akademisi, guru, mahasiswa, serta berbagai komunitas literasi dari berbagai wilayah.
Lokakarya dibuka dengan laporan Ketua HISKI Komisariat Flores, Falentinus Bata, S.Pd., M.Pd.
Menurut Falentinus Bata, kegiatan ini memiliki dua tujuan utama: memperkuat eksistensi sastra berbasis budaya lokal dan melestarikan warisan budaya daerah.
“Kami berharap lokakarya ini dapat menumbuhkan apresiasi terhadap sastra lokal sekaligus mendorong lahirnya penulis-penulis yang berakar pada kebudayaan sendiri,” ujarnya.
diikuti sambutan dari Ketua Umum HISKI, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum.
Dalam sambutannya, Prof. Novi Anoegrajekti menekankan pentingnya menggali kearifan lokal dan pengalaman budaya masyarakat sebagai sumber inspirasi dalam penulisan kreatif. Ia menyebutkan bahwa kegiatan ini tidak hanya mengajarkan teknik menulis, tetapi juga menghidupkan kembali nilai-nilai kelokalan dalam sastra dan pendidikan.
“Tema ini mendorong para narasumber berbagi pandangan tentang bagaimana nilai budaya lokal dapat menjadi dasar dalam penulisan dan apresiasi sastra,” jelasnya.
Rektor Universitas Flores, Dr. Willybrodus Lanamana, S.E., M.M.A., secara resmi membuka kegiatan. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar lokakarya tersebut dapat melahirkan generasi penulis muda yang kreatif, berani, dan memiliki kesadaran budaya tinggi.
“Kegiatan ini bukan hanya upaya pelestarian budaya lokal, tetapi juga bentuk kontribusi terhadap kekayaan sastra Indonesia,” ujarnya.
Penandatanganan Kerja Sama antara HISKI dan Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia juga terlaksana pada kesempatan ini.
Dipandu oleh Sudartomo Macaryus, M.Hum. (Ketua HISKI UST-UTY), lokakarya menghadirkan empat narasumber nasional, yaitu:
Dr. Ganjar Harimansyah, M.Pd. (Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa)
Prof. Dr. I Made Suyasa, M.Hum. (HISKI NTB)
Josephina Nirma Rupa, S.Pd., M.Pd. (HISKI Flores)
Dra. Maria Marietta Bali Larasati, M.Hum. (HISKI Flores)
Pada sesi pertama, Dr. Ganjar Harimansyah membawakan materi “Apresiasi dan Pembacaan Sastra Berbasis Kelokalan Indonesia”. Ia menjelaskan bahwa kelokalan merupakan wujud identitas budaya yang muncul melalui bahasa, dialek, istilah khas, serta ekspresi sosial masyarakat.
“Dalam puisi, kelokalan tampak melalui ritme dan diksi lokal, sementara pada cerpen, ia hidup lewat latar tempat, dialog, hingga istilah adat yang menciptakan nuansa khas,” jelasnya.
Ganjar juga memperkenalkan metode close reading untuk memperdalam pengalaman estetik pembaca dan memahami representasi lokal dalam karya sastra. Ia menekankan pentingnya pembacaan bersama, pencatatan istilah daerah, serta pembuatan glosarium kecil guna menjaga keakuratan makna budaya.
Selanjutnya, Prof. Dr. I Made Suyasa, M.Hum., memaparkan materi berjudul “Proses Kreatif Sastra Berbasis Kelokalan.” Ia menegaskan bahwa menulis sastra lokal tidak sekadar menempatkan cerita di suatu daerah, tetapi juga menghidupkan “roh” kebudayaan di dalam karya tersebut.
“Karya sastra yang baik lahir dari observasi mendalam terhadap budaya setempat, riset bahasa, dan pengalaman nyata di lingkungan lokal,” paparnya.
Ia menambahkan bahwa sastra kelokalan harus menampilkan karakter, latar, dan konflik yang tumbuh dari realitas masyarakat, sehingga terasa autentik dan bermakna.
“Proses revisi menjadi penting agar karya tetap menghormati budaya yang diangkat. Sastra kelokalan sejatinya adalah bentuk pelestarian identitas dan nilai budaya masyarakat,” tegasnya.
Dalam sesi kedua bersama Josephina Nirma Rupa dan Maria Marietta Bali Larasati yang membahas penerapan nilai kelokalan dalam praktik menulis dan pembelajaran sastra.
Peserta kegiatan lokakarya yang terdiri dari siswa SMP, SMA, Mahasiswa, Guru, dan perwakilan Komunitas sastra turut serta untuk mencoba membuat karya berbasis kelokan, mereka membacakan hasil karya mereka yang berupa puisa dan cerpen di depan narasumber untuk mendapatkan umpan balik dalam karyanya.
Lokakarya ini dilaksanakan secara hybrid peserta dapat mengikuti secara langsung di kampus Universitas Flores maupun secara daring melalui kanal YouTube HISKI dan Tribun Network.
HISKI berharap dapat memperkuat jejaring komunitas sastra di seluruh Indonesia serta menumbuhkan minat menulis kreatif yang berpijak pada nilai-nilai budaya daerah. Meningkatkan minat menulis karya sastra dan memanfatkan kelokalan.